Jumat, 23 April 2010

Salah Satu Tokoh Orientalis

Arent Jan Wensink (19882-1939)
A. Biografi
Orientalis belanda ini mempelajari bahasa-bahasa dan agama-agama Timur .Ia belajar kepada Houtsman, De Goeje, Snouck Hurgronje, dan di kemudian hari mengantikan posisi Snouck Hurgronje di universitas Leiden tahun 1927. Ia mencurahkan perhatian tenaga dan fikiranya untuk mempelajari hadits dan sejak tahun 1916 ia berusaha menyusun kamus daftar lafadz Hadits-hadits yang mu'tabar.1
Karya ilmiah pertamanya adalah risalah sarjana tingkat pertama dengan judul Muhammed en de Joden te Medina dalam bahasa belanda. (leiden, Brill, 1908) pada tahun 1916, A J Winsinckmenegaskan Obsesiya di majalah ZDMG, dengan meyusun konkordasi Indeks alfabetis dari hadits-hadits abi Muhammad SAW.yang terdapat dalamKutub as-SittahMunad ad-darimi Ahmad bin Hanbal, dan Muwatta'nya Imam Malik, dalam mewujudkan obsesinya ini Wensinck mengorgaisir 38 pakar dari berbagai Negara sedagkan dananya berasal dari akadei Ilmu di Amsterdam, Yayasan belanda lain, yayasan-yayasan akademi Eropa. Ide pemikiran untuk menerbitkan indeks lafadz-lafadz hadits di serahkan kepadanya. Awal ide pemikiran itu kembali pada tahun 1916 dimana ia mulai menulisnya. Buku tersebut di tulis dalam delapan jilid2.
Jilid Pertama selesai dikerjakan pada tahu 1936, dari huruf Alif hingga Huruf Ha'. Sedang jilid yang lain di sempurnakan setelah sepeninggal Winsinck. Sejak tahun 1932 proyek raksasa ini di tanggani oleh Persatuan Akademi Dunia. Setelah jilid pertama selesai kemudia di ikuti dengan jilid selanjutnya hingga sempurna.3 Akhir dari penerbitanya secara komplit tahun 1969 dan di bawah pengawasan banyak orientalis4
Banyak sekali ungkapan dan pujian yang berlebihan tentang indeks hadits tersebut bahwa ada sebagian yag menganggapnya adalah bukti objektifitas kaum orientalis, kesadaran, serta pertolongan terhadap Islam.
Hendaknya kita perhatikan lebih jauh apa dan bagaimana sebenarnya yang ada di balik ideks tadi. Indeks hadits adalah sarana dan bukan tujuan utama. Tidak diragukan kamus atau indeks hadits merupakan rujukan yang sangat penting. Namun sebagai rujukan ia bisa bermanfaat atau justru memberikan madharat, tergatung dalam mengunakanya untuk merujuk pada Hadits Rasulullah dan Sunnah beliau. Tujuanya untuk memperoleh petunjuk kemudian mengamalkanya dengan menyeru manusia untuk mengikuti dan mengamalkan sunnah beliau. Dengan begitu ia menjadi rujukan yang sangat berguna dan bermanfaat.
Lain halnya dengan para orientalis, mereka dalam mengunakanya adalah sebagai alat yang dapat mendekatkan dan memudahkan sampai pada sebuah hadits yang selanjutnya digunakan sebagai alat untuk merusak dan menyerang quran, sunnah aqidah, syariat islam secara keseluruhan.

B. Bantuan dana dalam penulisan Karyanya
Dalam pembuatan ideks tadi mereka telah dibantu beberapa lembaga pemerintaha secara resmi, yag memang dikenal membantu geraka kolonialbarat dalam memerangi Islam dan kaum muslimin. Sebagai misal universita kerajaa belanda yang langsung berperan sebagai penangung jawab pembuatanya. Kemudian secara kontinyu memberikan bantuan dana sebagai mana pemerintah kerajaan belanda juga secara resmi mengeluarkan pembiayaan yang tidak sedikit seperti yang di ugkapkan Wensinck sendiri. Begitu juga dengan Universitas lainya, seperti dari London, Prancis, Amerika, Italia, Scandinavia dan Yugoslavia.5
Apakah patut seorang yang berakal waras mengatakan bahwa semua lembaga yang ikut membantu tadi bekerja demi mewujudka Ilmu dan berkidmah kepada Islam dan kaum muslim ? adapun dengan dapat digunakan oleh umat islam adalah hanya kebetulan dan bukan merupakan maksud dan tujuan utama mereka ( orientalis ) ataupun para lembaga yang membantunya.
Dari sekian banyak orientalis yang ikut ambil peran penting dalam memberikan dorongan terhadap Wensinck untuk membuat indeks hadits tadi adalah orientalis Belanda kondang bernama Cristian Snouck Hurgronje. Pengaruh dalam bentuk nasehat terhadap Wensinck sangat menyolok, sehingga membuat Wensinck sangat sedih akan kematian Snouck Hurgronje yang di ungkapkan dalam muqodimah dalam buku hadits tersebut6.

C. Peran Ulama Muslimin dalam Penerbitan Indeks Hadits
Dari sekian banyak igauan dusta, bahwa metode kaum orientalis dalam menyusun Indeks hadits belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya.
Anggapan itu sanggat tidak berdasar dan dusta belaka barang kali cukup saya sebutkan disini nama ulama muslim yang jauh-jauh sebelumnya sudah merintis dan membuat denga metode tersebut misalnya kitab jami' al- Ushul karangan Ibnul Atsir, tuhfatul Asyraf karangan al-Hafidz al-Muziy, dsb.

D. Pemikira A J Winsinck Tentang Hadits dan Akidah.
A J Winsinck telah membuat sebuah buku yang berkenaan dengan akidah Islam, perkembangan dan sejarahnya. Buku tadi tercetak di Cambirge university Preess dua kali. Edisi pertama dicetak pada tahun 1932 yaitu pada saat Wensick sibuk penyusunan indeks hadits Nabawi. Kemudian dicetak pada tahun 1965.

Islam dan Masehi
Dalam bab pertamanya sang orientalis menyamakan aqidah islamiyah dengan akidah masehi dalam mengemukakan pertumbuhanya dan perkembanganya sepanjang sejarah lewat generasi demi generasi sesudah Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW.
Al-Quran menurut anggapan wensinck tidak mencakup ajaran islamiah dengan gambaran yang jelas. Menurut anggapan Orientalis ini, al-Quran tidak memberi pengertian adanya bentuk aqidah islam secara jelas yang dapat dijadikan patokan untuk membedakan dengan agama lain, atau dalam membedakan dengan berbagai firqoh-firqoh islam yang ada.7
Lebih lanjut Wensinck melanjutkan dakwaanya dengan adanya perbedaan dalam berdakwah ketika di makah dan ketika di madinah. Ia menisbatkan perbedaan tersebut kepada pribadi Rasulullah saw yang enurutnya terpengaruh oleh lingkunganya dan juga keadaanya sebelum dan sesudah berhijrah. Kemudian Wensinck melanjutkan serqanganya seraya mengatakan: "dakwah kepada ketauhidan dan iman kepada hari kiamat merupakan inti dari dakwah Rasulullah saw. Ketika berada di Makkah. Hal ini ia lakukan dalam menghadapi keraguan dan ketidak percayaan terhadap hari akhir dan hari pembalasan".
Ia juga beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw. Memberikan kabar gembira dengan datangnya agama baru yang diambil dari ajaran Yahudi dan ajaran Masehi. Maka beliau mengulang ulang kisah para nabi-nabi terdahulu yang banyak disebut dalam taurat dan injil maksudnya untuk memberikan peringatan kepada kaumnya tentang orang-orang yang mendustakan para rasul, disamping untuk memantapkan para pengikutnya yang sedikit itu.8
Namun, kata Wensinck ketika rasulullah berada di Madinah dan telah kuat posisinya dengan makin bertambah pengikutnya, beliau kemudia membuat atu kekuatan umat seraya menyingkirkan yahudi karena mereka menolak untuk mengikuti dan menerima risalah yang di bawanya. Karena itu jadilah beliau sebagai pemimpin politik sekaligus sebagai kepala Negara.
Dalam keadaan seperti itu beliau tidak lagi membutuhkan cerita para umat dan para nabi yang di utus sebelumnya, yang dahulu sering diulang-ulanginya ketika masih berada di Mekkah untuk menasehati kaumnya. Kemudian beliau mengalihkan perhatianya kepada pembentukan undang-undang dan hukum, peperangan, pembagian hasil rampasan perang, pembatasan hubungan dengan kabilah lain, serta mewajibkan kepada segenap manusia untuk memeluk islam dengan pedang.
Itulah sendi-sendi pemerintahan islam yang didirika Rasulullah saw. Di Madinah, kemudian makin meluas kekuasaannya dengan kekuatan Pedang ke seantero jazirah arab sepeningal beliau. Begitulah perubahan pribadi Nabi Muhammad sebagai seorang da'i atau pemberi nasehat keagamaan yang bewrtaqwa di makkah, kepada pribadi seorang politikus dan penguasa di Madinah. Dan beliau tidak memiliki kecenderungan untuk memikirkan segi aqidah dan membentuknya dengan gambaran yang jelas.
Kemudian ia menambahkan: Bahwasanya tabiat yang terdapat pada diri Nabi Muhammad saw. Adalah bukan merupakan sosok yang berpredikat ahli fakir atau bertabiat seorang filosof Agama. Karena itu ia memusatka perhatian kepada kekuasaan dan sama sekali tidak mengarahkan perhatianya pada pembentukan aqidah".
Dalam halaman 19 dari bukunya itu Wensinck mengatakan sebagai berikut: "Tidak perlu kita mencari data tentang Muhammad, baik yang menyangkut pribadinya atau perjalanan hidupnya yang memungkinkan untuk dapat dikatakan bahwa dirinya mempunyai perhatian terhadap pembentukan aqidah."
Dari sini dapat di cermati bahwasanya orientalis ini dan juga yang lain telah mendakwah bahwasanya al-Quran bukan wahyu dari Allah, akan tetapi merupakan ucapan Nabi Muhammad saw. Karena Nabi Muhammad tidak mempunyai perhatian terhadap pembentukan aqidah secara jelas, maka berarti al-Quran itu sendiri kosong dari ajaran atau pembentukan aqidah yang jelas.
Berdasarkan dakwaan dusta ini, keseluruhanya adalah buatan manusia belaka dan bukan agama yang diturunkan Allah swt. Kepada penutup para Rasul. Dakwaan dusta inilah yang mereka katakana sebagai kajian yang Objektif.



Daftar Pustaka
Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Ru'yah Islamiyyah lil Istisyraq (London: al-Muntadan al-Islami) th1991.
Abdurrahman Badawi ,Ensiklopedi tokoh Orientalis ( Yoyakarta: LkiS ) th 2003
Abidin Ja'far Orientalisme dan Studi tentang Barat ( Yogyakarta : Bina Usaha) Tt.

Pengikut